Jumat, 09 Oktober 2015

Menggembel bersama.

Ga dalam artian gembel yang sebenernya siih. Tepat 2 bulan kemaren gw ngalamin fase yang cukup ekstrim dalam segi finansial bulanan. 2 bulan kemarin gua krisis abis di tengah-tengah bulan. Uang tetep selalu di kirim di awal bulan tapi selalu aja ketidak cukupan menghantui, gua ga nyebut diri gua boros lagi siiih cuma banyak hal yang gua urus terkadang tanpa rencana, dalam jumlah besar dan mau ga mau harus ngorbanin  diri gua sendiri.

Di tengah September kemaein sampe akhir September asli gua makan nasi bisa keitung pake jari. Gila, asli gila. Bahkan hampir 2 minggu itu gua ga megang duit sama sekali tapi anehnya selalu aja ada jalan buat gua makan, ngebensinin motor dan ngebensinin mobil. Apa keluarga gua ga mampu untuk biayain gua? Mampu, sangat mampu. Tapi gua malu, kebohongan apa lagi yang harus gua karang untuk mendapatkan sejumlah uang untuk menopang hidup gua, nooo gua gamau kaya gitu, kasian orang tua gua. Terlebih lagi penjelasan apa lagi yang harus gua berikan ketika gua dimarahin abis-abisan ketika beliau-beliau tahu dana gua menipis. Gua juga ga tau pasti awalnya gimana kejadian kaya gini keulaaang melulu. Ngenes siih ngga, gua malahan ketawa-ketawa nyiyir dalak hati sambil mikir, gila! Kalo bukan karena kuasa Allah sumpah ga mungkin banget gua idup sampe hari ini.

Untungnya gua ga sendirian, masih ada Mamad sama Fiqi yang ikut menemani kegembelan gua di kontrakan. Kami selalu punya kebingungan yang sama ketika ngegembel masih aja ada cara bagi kami buat makan. Baik itu ngutang mie di Bu Sar, ada temen yang bawain makanan tanpa kami minta atau bahkan kami dikasih anugrah ga merasakan lapar. Aneh, asli. Dan semua akan berujung dengan tertawa kebingungan.

Mungkin di postingan taun-taun lalu atau sebelumnya udah banyk banget keluh kesah gua terhadap sifat gua yang boros, sekali lagi, gua udah ga mikir kalo gua boros. Manusia itu ga bakalan pernah ngerasa cukup. Dengan bertambahnya umur, mungkin gua rasa gua masih belum bisa menata dan mengatur kondisi perfinansialan gua dengan baik.

Ma, pa maafkan anakmu ini.

Ngga se-Waahh yang terlihat

Panitia, setiap acara pasti ada pantianya, baik panitia besar, kecil, terencana ataupun dadakan, seengaknya ada seksi sibuknya laah. Sebuah acara gua ibaratkan kaya tubuh di mana panitia itu bagaikan sekumpulan organ dalam yang menyokong kehidupan si tubuh dan organ-organ tersebut tersusun oleh susunan kepanitian yg terdiri dari ketua+jajarannya serta anggota di setiap divisi yang berperan sebagai sel-sel yang meyusun organ tersebut.

Panitia itu ada yang keliatan ada yg ga keliatan, walaupun bisa dibilang sang ketua bagaikan sebuah otak yang bertanggung jawab atas keberlangsungan acara tersebut namun kepentingan akan peran siapa yang paling penting baiknya harus dikesampingkan.

Okei, dari sekian banyak acara yang pernah gua geluti, sekarang gua sedang terlibat di satu acara, gua ga perlu nyebutin nama acaranya apa soalnya terlalu sesitif dan termasuk acara gede. Awalnya acara ini termasuk dadakan bahkan gua pun ga berwenang untuk ikut dalam acara ini. Tapi bebeberapa temen gua minta tolong untuk jadi negosiator dalam penjaringan panitia termasuk ketuanya, saking alotnya dan minimnya waktu yang kami punya bahkan waktu itu gua hampir dijadikan ketua, tapi karena 1 dan lain hal pihak atas ga bisa nyetujuin rencana tersebut dan setelah beberapa waktu munculah beberapa kandidat yang perlu kami diskusikan untuk menjadi ketua dan terpilihlah dia. Lalu jajarannya serta keanggotaan pun mengikuti dari belakang.

Gua baru tau bahwa untuk acara ini kami ga perlu pusing-pusing nyari sponsor dan mati-matian nyari duit karena pihak atas dibantu oleh penyelenggara meanganggarkan sekitar 250jutaan lebih untuk acara ini dan gua berpikir "Okei, dana lancar berarti aman laah acara" tapi ternyata ga giti shoooob.

Konflik, konflik pasti juga ada dalam suatu kepanitiaan baik itu konflik kepentingan, konflik anggota dan konflik pra-acara, belum lagi konflik pas acara berlangsung. Satu hal yang cukup lumayan nguras otak gua yaitu dana, yang awalnya kita diiming-imingi bahwa dana itu digelontorkan langsung dari atas ternyata pfffftttt selalu dan selalu, kata-kata "Nombok" dan "Tertunda" menghiasi persiapan sebuah acara terutama acara ini. Semua oprasional pra-acara yang udah kami rencanakan itu hampir semuanya membutuhkan dana, dengan kondisi kaya gini di mana dana turun bertahap dan dalam waktu yang lama otomatis kami terutama sang ketua dibikin kelimpungan setengah mampus karena jarak menuju hari H makin tipis dan banyak persiapan yang menunggu untuk dibayarkan.

Gua ga tau ini salah siapa, tapi pemakluman itu bener-bener dipress abis di acara ini. Emang siih yang namanya uang itu sensitif, oia acara kaya gini bukan cuma kami yang ngelaksanain banyak pihak juga yang ngadain acara sama di bulan ini, bagi yang mau nebak minggo ditebak heheheh yang jelas gua ga nyebuy merek dan semoga ga menyinggung pihak manapun dan semoga acara ini bisa berlangsung dengan lancar dan kami bisa melaksanakan tugas kami dengan baik. Duuuuh, birokrasiii brokrasiiii...