Selasa, 10 Juni 2014

Afternoon Blogging

Tema kali ini akan berisikan materi yang campur aduk, dari Piala Dunia, Pilpres, Gadget, Kelulusan dan Wisuda, kondisi gua di Jogja dan lain-lain.

Karena Piala Dunia ga terlalu penting-penting banget untuk dibicarai jadinya kita skip aja langsung ke Pilpres. Gua golput, salah atau tidaknya gua itu tergatung dari bagaimana cara kalian melihatnya. Segala alasan yang gua ungkpakan pasti ada bantahannya dan semua itu merujuk pada satu hal yaitu gua diharuskan untuk memilih, pffft, jadinya gua mending golput dan menjadikan itu sebagai prinsip aja tanpa mengumbar-umbar ke orang lain, titik.

Gadget, gua sekarang memiliki 2 gadget yang digunakan, 1 netbook merk Hp jenis Pavilion dm1 14inch dan handphone Samsung GT-C3322. Netbook gua adalah netbook standar yang gua pergunakan untuk ngenet dan keperluan sehari-hari, handphone gua juga handphone standar dengan keypad bukan touch screen berukuran lebar, handphone gua hanya bisa untuk sms, telepon, foto resolusi rendah dan tanpa aplikasi menarik serta fitur-fitur lainnya. Di jaman ini emang kemajuan teknologi ga bisa ditolak namun gua merasa cukup dengan 2 gadget yang gua gunakan. Apakah gua gaptek? Ngga. Apakah gua jadi kepengan gara-gara banyak orang yang gua kenal beramai-ramai membanggakan gadget yang mereka miliki? Terkadang ya, tapi gua sadar bahwa gua cuma pengen, bukan butuh, beda kan. Apakah gua benci atau tidak suka dengan mereka yang berubah menjjadi gadget freak? Ngga, itu hak mereka. Tapi terkadang rasa miris datang ketika melihat mereka. Jargon yang paling standara adalah 'Gadget, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat' Simpel tapi kenyataan. Dari bangun tidur, makan, pergi, di jalan, ngobrol, apapun sampai kembali tidur banyak orang-orang yang sangat terikat dengan gadget mereka. Secara halus sebenarnya mereka jauh dari apa yang dinamakan bersosialisasi, gua sebenarnya agak terganggu ketika ditengah pembicaraan santai atau bahkan serius masih aja ada orang yang terpaku dengan gadget mereka, miris, namun itu hak mereka.

Ketika banyak temen gua yang satu persatu sudah mulai sidang pendadaran tuntas dengan nilainya dan mulai merencanakan kelulusannya di bulan Oktober, gua hanya terdiam di tempat gua berada, tunggu aku kawan.

Akhir-akkhir ini gua dan temen-temen gua atau bahkan hanya gua sendiri sering menghabiskan malam di depan teras rumah sambil ngeliatin langitt malam sambil ngobrol atau merenung dan ga kerasa sampe subuh. Terlintas di benak gua apakah gua bisa meninggalkan Jogja. Tempat ini nyaman, terlalu nyaman, Jogja bisa menerima kondisi gua dalam keadaan apapun, dan gua takut untuk meninggalkan kota ini.

Bersambung.. .  .